Vaksinasi Covid-19 Dan Imunisasi Balita yang Terlantar

Kabar baiknya, di tahun 2021 Pemerintah Indonesia telah memulai program vaksinasi covid-19 untuk menahan laju penyebaran virus dengan meningkatkan sistem imun tubuh. Cluster pertama yang akan diprioritaskan untuk memperoleh vaksin covid-19 tentu saja tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan dalam menangani kasus covid-19 di Indonesia, maupun Papua.Dengan adanya vaksin covid-19 ini, tentu tabir pandemi dapat segera disingkirkan dan perbaikan kehidupan masyarakat bisa perlahan kembali, seperti progress dunia Pendidikan di Papua yang diduga stagnan selama masa pandemic ini, dan tentu saja seluruh sendi perekonomian khususnya pada sektor-sektor mikro.

Namun, dibalik geliat vaksinasi covid-19 yang selalu menjadi perbincangan hangat, kita seakan lupa bahwa ancaman virus dan penyakit lain di Papua juga amat tinggi. Papua masih harus bergelut dengan isu malaria yang mengancam nyawa dan segudang persoalan kesehatan balita yang menyebabkan kematian balita di Papua tetap tinggi. Sangat disayangkan selama masa pandemic ini, kealpaan masyarakat dalam memenuhi vaksinasi untuk balita yang merupakan vaksin dasar dan jaminan masa depan Papua seolah terlupa begitu saja. Pun di tahun 2021, euphoria menyambut vaksinasi covid-19 yang bergelora seakan menggeser urgensitas vaksinasi untuk para balita kita di Papua -sebagai generasi penerus bangsa.

Imunisasi dasar atau vaksinasi balita sejatinya adalah jaminan untuk masa depan Papua. Mengabaikan kesehatan balita sama saja menelantarkan masa depan Papua 10 hingga 15 tahun nanti. Vaksinasi balita tidak seperti vaksin covid-19 yang dapat diberikan pada waktu kapanpun. Imunisasi balita sangat tertenggat waktu! Sekali ia dilewati maka efektivitas vaksin tersebut akan hilang di tubuh balita. Imunisasi lengkap balita hanya diberikan dalam rentang usia 0 hingga 2 tahun, yang terdiri dari imunisasi BCG (1 kali), Polio (3 kali), DPT (3 kali), campak (1 kali), HB (3 kali). Di tahun 2018 kemudian ditambahkan daftar vaksin MMR untuk penyakit rubella. Bersyukur jika balita di Papua mampu membangun antibody mandiri dengan asupan nutrisi yang tinggi tanpa harus di imunisasi. Tetapi siapa yang bisa menjamin balita di Papua semua mampu memiliki antibody yang paripurna dalam menghadapi ancaman wabah abadi untuk anak-anak ini?

Selama tahun 2019, saja pencapaian imunisasi lengkap untuk balita di Papua hanya mencapai 34,76 persen saja! Artinya dari 10 balita hanya ada 3 balita yang memperoleh imunisasi lengkap. Di tahun 2020 pada masa pandemi, bersyukur ternyata Papua masih dapat meningkatkan persentase imunisasi lengkap bagi balitanya menjadi 35,04 persen, meningkat sekitar 0,28 persen saja dalam setahun! Jika dibandingkan dengan daerah lainnya, peningkatan jumlah balita yang diimunisasi lengkap di Papua tentu amat rendah.Provinsi Papua hanya terpaut satu ranking di atas Provinsi Aceh yang menempati urutan terendah dari persentase balita yang memperoleh imunisasi lengkap di Indonesia tahun 2020. Tentu bukan sebuah prestasi yang membanggakan untuk Papua.

Kesadaran ini yang semoga saja dapat kembali di dengungkan pada para elite di Papua dan seluruh pemangku kebijakan di Papua. Harus disadari bahwa kesehatan balita adalah investasi emas jangka Panjang untuk provinsi kita. Semoga dengan semarak vaksinasi covid-19 yang sudah mulai dilakukan satu per satu di Papua, geliat untuk kembali membangun motivasi vaksinasi balita secara lengkap dan menyeleruh dapat turut ditingkatkan. Demi menyongsong Papua yang lebih sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *