Memahami Perilaku Remaja Generasi Z di Era Digital
Berdasarkan temuan kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), remaja Indonesia adalah pengguna media sosial yang paling aktif. Remaja yang dimaksud adalah remaja berusia 9-19 tahun yang sebanyak 65,34 persen telah menggunakan media sosial, sedangkan usia 20-29 tahun mencapai 75,95 persen.
Berdasarkan temuan tersebut, bila merujuk pada definisi remaja menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN) bahwa rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah, maka dapat dikatakan interaksi media sosial di Indonesia didominasi oleh kelompok remaja yang kebanyakan memanfaatkan media sosial untuk mencari relasi,hiburan dan referensi di dunia digital. Dapat dikatakan remaja sekarang merupakan generasi digital native sebuah generasi yang sudah sangat adaptif terhadap perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama media sosial, hal ini yang kemudian membentuk perilaku remaja pada satu generasi di masing-masing zamannya.
Di Indonesia saat ini terdapat empat generasi yang masih hidup dalam kurun waktu 100 tahun yang akan, masih atau telah beraktivitas diberbagai sektor kehidupan yaitu generasi baby boomers, generasi X, generasi Y (milanial) hingga generasi Z. Generasi baby boomers adalah generasi yang lahir pada rentang waktu 1930-1966. Remaja baby boomers pada masanya lebih banyak mendengarkan radio atau membaca media cetak dalam mencari informasi. Selanjutnya adalah generasi X yaitu generasi yang lahir pada kurun waktu 1967-1980. Remaja pada generasi ini mengenal perangkat komputer dan meyakini bahwa tehnologi tersebut dapat mempermudah kehidupan manusia di dunia. Komputer sendiri baru masuk di Indonesia pada tahun 1967 dan lebih banyak dimanfaatkan oleh instansi pemerintahan untuk mempermudah urusan administrasi.
Setelah generasi X, adapula generasi Y, yaitu generasi milenial yang lahir kurun waktu 1980-1995. Generasi Y merupakan remaja yang hidup di era komputer yang sudah bisa di akses di rumah, di sekolah maupun di warung internet (Warnet). Generasi Y adalah generasi yang dibesarkan oleh perkembangan game online, gadget,smartphones, internet dan media sosial. Hal ini membuat generasi Y menjadi generasi yang hidup dalam fasilitas teknologi terkomputerisasi yang memudahkan remaja generasi ini untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Adapula generasi Z atau yang sering disebut sebagai generasi Post-Milenial atau information Generation (iGeneration) adalah remaja yang lahir di awal tahun 1995-2000an. Sejak bayi, generasi Z terbiasa dengan keberadaan dan manfaat teknologi, bahkan smartphone sudah menggantikan permainan tradisional. Banyak generasi Z yang bahkan baru lahir telah dibuatkan akun media sosial oleh orang tua mereka.Bagi generasi Z kemajuan teknologi bukanlah hal besar, tidak seperti generasi baby boomers, generasi X dan generasi Y yang kadang-kadang masih takjub dengan dengan perkembangan teknologi terkini.
Lahir di era digital membuat generasi Z mudah untuk beradaptasi dengan situasi apapun. Dengan kemampuan beradaptasi tersebut membuat generasi Z memiliki wawasan luas, ambisius dalam berkarir dan kecenderungan berpikir instan. Selain itu generasi Z adalah generasi yang haus akan pengakuan, cinta kebebasan, menghargai perbedaan dan teliti kepada sesuatu yang detail.
Bila merujuk pada definisi remaja menurut BKKBN yaitu berusia 10-24 tahun maka saat ini remaja Indonesia bukanlah generasi milenial tetapi mayoritas merupakan generasi Z. Proyeksi BPS menujukkan bahwa pada tahun 2018 jumlah laki-laki generasi Z sebanyak 34.207.900 sedangkan perempuan 32.737.000 orang dengan total generasi Z dari kedua jenis kelamin tersebut sebanyak 66.944.900 orang atau sama dengan 24,9 persen dari 265 juta jumlah penduduk di Indonesia, dan jumlah ini akan terus meningkat bertambah pada tahun 2019. Di tahun 2020,proporsi generasi Z semakin membesar dan akan mulai masuk dunia kerja, dunia pendidikan tinggi dan mulai memikirkan membangun rumah tangga. Untuk itu kita perlu memahami kecenderungan perilaku setiap generasi agar nantinya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan yang dibutuhkan generasi tersebut.
David Stillman dan Jonah Stillman penulis “Gen Z at work:How the Next Generation Is Transforming the Workplace” menyebutkan ada 7 sifat khas generasi Z yang perlu diketahui yaitu:
- Figital: Remaja generasi Z mengganggap dunia nyata dengan dunia virtual merupakan sesuatu yang terintegrasi, karena dunia virtual sendiri merupakan realitas bagi generasi Z. Generasi Z mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan digital terbaru bahkan mereka mampu memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi dengan bantuan teknologi
- Hiper – Kustomisasi: Remaja generasi Z sangat berupaya keras agar dikenal dunia sebagai individu yang beda,menarik dan unik
- Realistis : Remaja generasi Z sangat praktis dan pragmatis dalam berkarir. Generasi Z hanya ingin menjalankan sesuatu yang memang sesuai keinginan,kemampuan dan kebutuhan mereka
- FOMO : Remaja Generasi Z yang selalu dibanjiri informasi menjadi sangat takut jika melewatkan tren atau tertinggal sesuatu yang baru
- Weconomist: Remaja generasi Z adalah generasi yang hidup di era semangat ekonomi berbagi mulai dari munculnya start up dan bisnis sosial. Hal ini membentuk generasi Z selalu berharap bahwa sebuah perusahaan idealnya tidak hanya berpikir mencari untung tetapi seharusnya memberikan kontribusi positif kepada seluruh aspek kehidupan
- DIY: Remaja generasi Z adalah generasi Do-it-yourself (DIY) atau generasi yang ingin melakukan sesuatu secara sendiri dan mandiri
- Terpacu: Remaja generasi Z merupakan generasi yang terpacu oleh teknoligi, informasi, kompetisi, situasi ekonomi,dinamika politi, pergeseran tradisi dan didikan orangtua dari generasi X untuk menjadikan mereka lebih mandiri.
Generasi Z memiliki karatersitik yang berbeda dari pendahulunya termasuk generasi milenial. Generasi Z adalah remaja Indonesia yang hidup dan berkembang saat ini. Perilaku,budaya dan gaya hidup dibentuk oleh kecanggihan teknologi informasi. Terkait hal tersebut, BKKBN dan Forum Genre perlu kerja keras untuk memahami dan memetakan generasi Z untuk mendapatkan perhatiannya. Mendekati mereka dengan cara-cara lama dan selera jadul hanya akan membuat generasi Z kehilangan simpati bahkan membuat mereka tidak nyaman. (TIRZA/WI)