BAHAYA HAMIL DI USIA MUDA

Di seluruh dunia, terutama negara berkembang, ada sekitar 50.000 remaja perempuan usia 15-19 tahun yang meninggal tiap tahun pada masa kehamilan atau pada saat proses persalinan. Sekitar satu juta bayi yang lahir dari remaja perempuan juga meninggal sebelum usia mereka mencapai satu tahun. Bayi dari seorang ibu yang melahirkan di bawah usia 18 tahun, 60 persen lebih berisiko meninggal sebelum satu tahun.

Termasuk di Indonesia masih banyak sekali kasus pernikahan di bawah umur, entah karena paksaan orangtua, tuntutan ekonomi, maupun kasus kehamilan di luar pernikahan. Tentu saja pernikahan dini, juga diikuti dengan kehamilan di usia dini pula.

Makin muda remaja perempuan mengalami kehamilan, maka makin berisiko bagi dirinya saat persalinan dan anak yang dikandungnya. Hal ini dikarenakan tubuhnya secara umum belum siap untuk menjalani proses persalinan, antara lain karena panggul sempit. Ketiadaan pelayanan kesehatan yang memadai terkadang tidak memungkinkan ibu dan/atau bayi selamat dalam proses persalinan seperti ini. Apalagi kehamilan di bawah umur memang lebih banyak terjadi pada kalangan masyarakat tingkat ekonomi bawah.

Idealnya, usia seorang perempuan siap mengandung adalah 21 tahun – 35 tahun. Namun, berdasarkan data survei yang di dapat dari BKKBN, angka kehamilan dan kelahiran pada remaja usia 10-19 tahun di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu mencapai 48,5 juta.

Minimnya pengetahuan bagi masyarakat menengah kebawah, maupun kasus kehamilan di luar pernikahan, membuat angka kehamilan usia remaja di Indonesia menjadi sangat tinggi.

Kehamilan pada usia muda (dibawah 20 tahun) memiliki beberapa dampak yang kurang baik dan juga cenderung berbahaya, baik bagi ibu dan janin. Berikut adalah beberapa bahaya hamil di usia muda diantaranya :

  1. Keguguran

Belum siapnya bumil terhadap kehamilannya sangat memengaruhi kondisi ini. Dan keguguran dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja. Tapi, keguguran pada wanita yang hamil di usia remaja umumnya lebih tinggi mengingat masih belum matangnya organ-organ reproduksi si perempuan.

  1. Rentan terkena penyakit kelamin

Perempuan yang melakukan hubungan seksual secara aktif pada usia di bawah 20 tahun, memiliki risiko lebih tinggi untuk terjangkit infeksi Human Papilloma Virus (HPV) penyebab kanker serviks.

Selain itu mereka yang sering berhubungan seksual di umur remaja juga rentan terkena penyakit kelamin, seperti sifilis yang bisa mengakibatkan kebutaan pada bayi, atau kematian ibu serta janin. Berhubungan seks bebas juga dapat terkena penyakit HIV, yang mana jika tidak diketahui sejak awal kehamilan dapat menyebabkan masalah pada bayi.

  1. Bayi lahir prematur

Perempuan yang hamil di usia remaja, beresiko tinggi melahirkan bayi prematur.Hal ini terjadi karena rahim masih belum sepenuhnya siap mengalami proses kehamilan. Selain itu kurangnya pengetahuan Mama tentang gizi saat hamil juga dapat menyebabkan berat badan bayi yang baru lahir rendah.

Dan karena usia remaja, masih merupakan usia pertumbuhan, rebutan nutrisi dengan janin pun biasanya terjadi sehingga bayi atau Mama cenderung akan kekurangan nutrisi.

  1. Resiko kelainan pada bayi

Bagi para perempuan yang hamil di usia muda, terutama mereka yang tidak mendapat dukungan dari keluarga dekat atau pasangannya, berisiko tinggi tidak mendapat perawatan yang memadai di masa kehamilan. Padahal masa kehamilan adalah periode penting yang rawan komplikasi. Kebutuhan nutrisi yang tidak tercukupi dengan baik dapat menyebabkan kelainan atau cacat bawaan lahir

  1. Depresi pasca melahirkan

Hamil pada usia muda sangatlah beresiko karena pada dasarnya tubuh perempuan di bawah umur 20 tahun masih belum sepenuhnya siap untuk bereproduksi dan melewati proses persalinan.

Hal ini ditambah dengan perubahan hormon yang terjadi saat hamil, dapat membuat remaja usia di bawah 20 tahun rentan mengalami depresi pasca melahirkan.

Selain itu psikologi dari anak umur di bawah 20 tahun, juga masih cenderung labil sehingga tingkat stres dan depresi jauh lebih besar, apalagi jika kehamilan tidak didukung oleh keluarga. Besar kemungkinan mereka akan terkena baby blues atau post partum syndrome.

Remaja perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan juga sering menghadapi tekanan dari banyak pihak dalam berbagai bentuk. Misalnya desakan untuk menggugurkan kandungan, ketakutan akan penghakiman dari masyarakat, atau kekhawatiran akan kemampuan finansial mengurus bayi di masa depan

  1. Kurangnya pengetahuan Bumil

Kebanyakan perempuan yang hamil di usia muda, terjadi karena tuntutan ekonomi keluarga, atau hamil di luar nikah. Hal ini tentu bukanlah kehamilan yang memang sudah direncanakan atau sangat diharapkan, sehingga biasanya pengatahuan akan kehamilan itu sendiri menjadi sangat minim.

Bukan saja gizi tidak terpenuhi, tapi berbagai hal lainnya yang seharusnya dijauhi oleh ibu hamil yang dapat menyebabkan kehamilan menjadi bermasalah, mungkin saja tidak diketahui atau tidak dipedulikan.

  1. Resiko kematian ibu dan anak

Pada usia remaja, rahim dan organ panggul belum sepenuhnya kuat menampung janin. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada kehamilan dan kesulitan saat persalinan. Karena hal tersebut, perempuan dengan usia muda terancam luka serius saat melahirkan, dan dapat menyebabkan kematian pada ibu atau calon janinnya.

Jadi, bagi orang tua  yang memiliki anak remaja, agar memberikan pendidikan seksualitas yang dapat membuat anak mengerti bahaya dari hamil di usia muda, terlebih saat masih remaja.

Ada baiknya juga jika pasangan yang menikah di usia masih muda untuk menunda memiliki anak sampai usia istri cukup dan matang untuk mengandung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *